Bahan:
125 gr margarin, lelehkan
150 gr gula pasir
125 gr tape singkong, buang seratnya
50 ml santan
7 kuning telur
3 putih telur
125 gr tepung terigu, ayak
50 gr almon slice untuk taburan
Cara Membuat:
1. Campur tape singkong dan santan, aduk rata, sisihkan.
2. Kocok telur dan gula pasir hingga mengembang, tambahkan adonan tape
sedikit demi sedikit, kocok kembali hingga larut.
3. Masukkan tepung terigu bergantian dengan margarin cair, aduk rata,
tuang dalam loyang yang telah dialas kertas dan dioles mentega, taburkan almon diatasnya.
4. Masukkan dalam oven, panggang hingga matang dan berwarna kecokelatan, angkat, sajikan.
Untuk 12 Potong
lerfi. chyemoet
belajar mandiri dan saling menghargai...
tentang cinta......
Cinta datang bagaikan petir yang menyambar datang ke hati
Cinta datang secara tiba-tiba
Cinta seindah melodi dalam lagu
Tapi cinta tajam seprti duri
Cinta mendatangkan kebahagiaan
Cinta pula mendatangkan penderitaan
Semua insan akan merasakan cinta
Tetapi cinta bisa menyakiti hati manusia
Hati hancur bagai tak bermuka
Hati pilu bagai tak bernyawa
Rasa cinta memang tiba-tiba
Tapi sakit hati susah di lupakan . . . . . .
Kamis, 02 Desember 2010
Selasa, 26 Oktober 2010
Kenapa Burung Gagak Berbulu Hitam
Jaman dahulu, semua bangsa burung hanya memiliki bulu-bulu berwarna putih.
Lalu di suatu musim semi bermekaranlah bunga-bunga di seluruh padang rumput,
semak-semak dan hutan.
Dunia pun menjadi berwarna-warni. Bangsa burung terlihat
sangat kontras dengan warna-warni bunga-bungaan itu. Apalagi pada musim itu,
seluruh kupu-kupu dengan sayap yang berwarna pun ikut menghiasi alam.
Seekor ayam hutan yang gagah, pada suatu pagi, membuat keributan
dengan suaranya yang lantang. "Hai teman-teman bangsa burung,
berkumpullah! Aku punya rencana yang sangat baik bagi kita semua!"
Setelah seluruh burung berkumpul, ayam hutan itu mulai berkata kepada mereka,
"Teman-teman sekalian, sudah beberapa hari ini aku mengumpulkan berbagai jenis
bunga dan buah-buah yang memiliki warna yang indah. Barangkali kita semua sudah
tahu bahwa dari seluruh binatang yang hidup, hanya kita yang memiliki warna yang
seragam yaitu putih. Kalau aku sendiri, sudah merasa bosan dengan warna putih
yang cepat kusam dan kotor ketika aku bermain-main di tanah. Nah, silakan bagi
teman-teman yang ingin mewarnai bulu-bulunya aku bersedia membagi pewarna
yang aku punyai. Ada banyak warna ; merah, kuning, hijau, biru, coklat, jingga,
ungu, dan masih banyak lagi. Silakan mengambil seperlunya."
Bangsa bangau yang lamban tidak mau mengambil satu pun pewarna yang disediakan,
mereka lebih suka melihat-lihat saja. Burung-burung kakaktua pun hanya mengamati dari
kejauhan saja. Beberapa ekor dari mereka memainkan warna hitam untuk paruh dan kaki
mereka. Beberapa ekor mengguyur tubuhnya dengan warna hitam.
Burung-burung merak dan ayam saling mengulaskan pewarna dengan rajin dan hati-hati.
Maka bulu-bulu mereka tampak mempesona.
Sementara burung-burung kenari dan bayan saling mencoba beberapa warna hingga sebagian dari mereka ada yang hijau, biru, kuning, merah atau campuran dari warna-warna itu.
Setelah itu, mereka saling memuji tentang warna-warna bulu mereka masing-masing. Burung merak paling banyak mendapat pujian tentang keindahan warna bulu-bulunya.
"Aduh, bagus sekali bulu-bulumu Merak. Aku jadi pengin mewarnai bulu-buluku seperti itu," kata burung merpati.
"Kamu tadi pakai pewarna yang mana? Aku coba juga ya?" Ujar Cenderawasih.
Di lain pihak, ada beberapa burung yang kecewa. Bebek dan angsa misalnya. Mereka mengeluhkan pewarna yang dimiliki oleh Ayam Hutan tidak tahan air. Tadinya, bebek mewarnai tubuhnya dengan warna biru muda tetapi ketika dia masuk ke dalam air, warna biru itu hilang. Angsa juga tadi sempat mencoba warna ungu. Dan warna itu luntur ketika dia masuk ke dalam air.
Burung Tukan hanya mengambil warna hitam untuk bulu-bulunya, tetapi dia ingin punya warna yang menarik untuk paruhnya. Maka dia mewarnai paruhnya dengan aneka warna.
"Wah paruhmu bagus Tukan!" Puji seekor burung robin.
"Bulu-bulumu juga bagus, Robin!" Jawab Tukan yang merasa tersanjung.
Sementara burung-burung gagak merasa bahwa dengan warna-warna itu, banyak burung yang merasa dirinya lebih baik dari burung yang lain. Maka menyerbulah mereka ke tengah-tengah pesta mewarnai itu.
"Minggirrrr semuaaa!!!" Teriak kawanan gagak bersama-sama.
Lalu dengan cepat mereka merampasi seluruh pewarna yang sedang dipergunakan oleh burung-burung itu.
"Aku ingin membuat satu warna yang lebih bagus dari warna yang kalian pergunakan!"
Mereka mulai mencampur warna hijau yang digunakan merak dengan warna merah yang tadi dipergunakan ayam hutan. Lalu menambahkan warna biru yang dipilih oleh burung rajaudang. Dan beberapa warna lainnya.
"Lihatlah! Sebentar lagi warna bulu kami lah yang paling bagus di antara kalian, sebab semua warna yang paling baik sudah kucampurkan di sini."
Satu per satu rombongan gagak mencelupkan diri pada campuran pewarna tadi. Tapi apa yang terjadi?
Ketika satu per satu dari mereka keluar dari campuran pewarna, mereka mendapati tubuh mereka berwarna hitam kusam.
Seketika itu, semua bangsa burung menertawai burung-burung gagak itu. Sejak itu lah gagak jarang sekali terbang di langit, mereka malu dengan bulunya yang hitam kusam.
Lalu di suatu musim semi bermekaranlah bunga-bunga di seluruh padang rumput,
semak-semak dan hutan.
Dunia pun menjadi berwarna-warni. Bangsa burung terlihat
sangat kontras dengan warna-warni bunga-bungaan itu. Apalagi pada musim itu,
seluruh kupu-kupu dengan sayap yang berwarna pun ikut menghiasi alam.
Seekor ayam hutan yang gagah, pada suatu pagi, membuat keributan
dengan suaranya yang lantang. "Hai teman-teman bangsa burung,
berkumpullah! Aku punya rencana yang sangat baik bagi kita semua!"
Setelah seluruh burung berkumpul, ayam hutan itu mulai berkata kepada mereka,
"Teman-teman sekalian, sudah beberapa hari ini aku mengumpulkan berbagai jenis
bunga dan buah-buah yang memiliki warna yang indah. Barangkali kita semua sudah
tahu bahwa dari seluruh binatang yang hidup, hanya kita yang memiliki warna yang
seragam yaitu putih. Kalau aku sendiri, sudah merasa bosan dengan warna putih
yang cepat kusam dan kotor ketika aku bermain-main di tanah. Nah, silakan bagi
teman-teman yang ingin mewarnai bulu-bulunya aku bersedia membagi pewarna
yang aku punyai. Ada banyak warna ; merah, kuning, hijau, biru, coklat, jingga,
ungu, dan masih banyak lagi. Silakan mengambil seperlunya."
Bangsa bangau yang lamban tidak mau mengambil satu pun pewarna yang disediakan,
mereka lebih suka melihat-lihat saja. Burung-burung kakaktua pun hanya mengamati dari
kejauhan saja. Beberapa ekor dari mereka memainkan warna hitam untuk paruh dan kaki
mereka. Beberapa ekor mengguyur tubuhnya dengan warna hitam.
Burung-burung merak dan ayam saling mengulaskan pewarna dengan rajin dan hati-hati.
Maka bulu-bulu mereka tampak mempesona.
Sementara burung-burung kenari dan bayan saling mencoba beberapa warna hingga sebagian dari mereka ada yang hijau, biru, kuning, merah atau campuran dari warna-warna itu.
Setelah itu, mereka saling memuji tentang warna-warna bulu mereka masing-masing. Burung merak paling banyak mendapat pujian tentang keindahan warna bulu-bulunya.
"Aduh, bagus sekali bulu-bulumu Merak. Aku jadi pengin mewarnai bulu-buluku seperti itu," kata burung merpati.
"Kamu tadi pakai pewarna yang mana? Aku coba juga ya?" Ujar Cenderawasih.
Di lain pihak, ada beberapa burung yang kecewa. Bebek dan angsa misalnya. Mereka mengeluhkan pewarna yang dimiliki oleh Ayam Hutan tidak tahan air. Tadinya, bebek mewarnai tubuhnya dengan warna biru muda tetapi ketika dia masuk ke dalam air, warna biru itu hilang. Angsa juga tadi sempat mencoba warna ungu. Dan warna itu luntur ketika dia masuk ke dalam air.
Burung Tukan hanya mengambil warna hitam untuk bulu-bulunya, tetapi dia ingin punya warna yang menarik untuk paruhnya. Maka dia mewarnai paruhnya dengan aneka warna.
"Wah paruhmu bagus Tukan!" Puji seekor burung robin.
"Bulu-bulumu juga bagus, Robin!" Jawab Tukan yang merasa tersanjung.
Sementara burung-burung gagak merasa bahwa dengan warna-warna itu, banyak burung yang merasa dirinya lebih baik dari burung yang lain. Maka menyerbulah mereka ke tengah-tengah pesta mewarnai itu.
"Minggirrrr semuaaa!!!" Teriak kawanan gagak bersama-sama.
Lalu dengan cepat mereka merampasi seluruh pewarna yang sedang dipergunakan oleh burung-burung itu.
"Aku ingin membuat satu warna yang lebih bagus dari warna yang kalian pergunakan!"
Mereka mulai mencampur warna hijau yang digunakan merak dengan warna merah yang tadi dipergunakan ayam hutan. Lalu menambahkan warna biru yang dipilih oleh burung rajaudang. Dan beberapa warna lainnya.
"Lihatlah! Sebentar lagi warna bulu kami lah yang paling bagus di antara kalian, sebab semua warna yang paling baik sudah kucampurkan di sini."
Satu per satu rombongan gagak mencelupkan diri pada campuran pewarna tadi. Tapi apa yang terjadi?
Ketika satu per satu dari mereka keluar dari campuran pewarna, mereka mendapati tubuh mereka berwarna hitam kusam.
Seketika itu, semua bangsa burung menertawai burung-burung gagak itu. Sejak itu lah gagak jarang sekali terbang di langit, mereka malu dengan bulunya yang hitam kusam.
Langganan:
Postingan (Atom)